[20141214]
-kekkon omedetou-
Beberapa tahun tidak saLing berkirim pesan, terpisah hati semenjak kicauanku yang kausahut dengan irama senada, bahwa jaLan kita mungkin berbeda.
DaLam darurat kukirim sebuah tanya, pun dengan nomor berbeda, faktor ketidaksengajaan dan pengaLaman baru gadget duaL kartu. Namun dengan sigap engkau jawab dengan bahasamu yang Langsung mengenaLiku. Tersadar akan nomor baru, segera kuLayangkan namaku, dan dengan sopan kaujawab: “even without saving your number, i stiLL recognize your writing styLe though“. O, terimakasih kau tetap ingat gayaku berpesan, watashi no otoutochan.
Tak Lama seLepas itu, kau tanyakan aLamatku terbaru. Kontan kumenduga akan ada kabar gembira dari hidupmu. Dan benarLah, kau hendak kirimkan undangan pernikahanmu. Tak sabar kumenanti, mengiraira dimana, dan membuat rencana bagaimana aku akan datang ke acaramu. Jujur, penantian itu memang sedikit tertimbun oLeh rutinitas kerja yang menyita waktu dan pikiranku. Namun di saat maLam menjeLang, kumemikirkan kapankah hari bahagiamu itu.
KuLewati hariku dengan seambreg aktivitasku, LaLu sebuah pesan darimu yang baru dapat kubaca di maLam hari menanyakan, teLah sampaikah undanganmu? Terkaget saat membacanya karena memang beLum ada sepucuk pun undangan kuterima, yang kukira beLum kau kirimkan. Kontan repLy pesan dan kutanyakan kapan dan dimana jika undangan terhambat. Perasaanku berkecamuk, namun aku tiada daya. Andaikan aku tau bahwa hari bahagiamu adaLah duwa hari seteLah pesan singkatmu, mungkin aku segera LaLui jarak untuk menujumu.
Ahad pagi, kau kirim pesan untukku, mengabarkan bahwa dirimu teLah seLesai akad. O otoutochan maafkan karena aku tak bisa hadirkan ragaku saat hari terindahmu, hanya sepucuk doa yang Lirih terucap dengan Linangan airmata yang memohon pada ALLAH, agar engkau seLaLu bahagia dan penuh barakah,
بارك الله لك و بارك عليك و خمع بينكما في خير
TerLintas memori indah kita, saat awaL perkenaLan kita. Senasib sebagai perantau di ibukota propinsi kampung haLaman. Saat sandaL yang kupakai ternyata tidak sepasang, saat kau berpindah ke ujung barat, saat kau menemani maLamku dengan pesan menghiburmu, saat kau kembaLi, saat kuminta kau mengantarkan ke tempat yang aku tak berani pergi bersama d’Jouw, saat kita pandang rembuLan yang sama dari tempat berbeda, saat kau ingatkan aku untuk tidak menjadi pemarah dan seLaLu bersabar, saat aku ke kotamu, saat kita tertawa bersama, juga saatsaat berharga Lain yang kau isi daLam hidupku.
O otoutochan… aku bukanLah burung bersayap kuat, pun bukan kupukupu yang bisa terbang sekehendak hati meski dengan sayap gemuLainya. Jika saja aku bisa terbang, mungkin aku sudah terbang kepadamu. Attending your party, sharing your happiness, seeing happy smiLe on your face, dan berbincang Langsung seteLah bertahuntahun terpisah jarak, waktu juga ucapan. Sejak saat itu, meskipun aku berharap kita akan berjaLan di jaLan yang sama. Sampai saat inipun aku tetap berdoa semoga engkau dengan jodohmu yang sekarang akan berjaLan di jaLan yang sama denganku. Dan persaudaraan kita akan seLaLu terjaga dalam ukhuwah.
Otoutochan, kekkon omedetou, o shiawase ni
me and you, we’re in brotherhood forever
i wish i couLd fLy
out in the bLue
over this town
foLLowing you
i’d fLy over rooftops
the great bouLevards
to try to find out
who you reaLLy are
[bLogged from NixViyRouNi]
Leave a comment